Hua, karena keasikan di Borobudur, udah terlalu sore kalau harus dilanjutin ke Ketep Pass (KP). Daripada sampai KP pas maghrib, jadinya udah gelap, malah udah gak bisa lihat apa-apa, mending lain kali aja kita jalan sampai pegel ke Ketep Pass nya.
Aku pergi ke Borobudur untuk yang ketiga kalinya, kalau gak salah. Terakhir kesana ma bapak n adekku. Dulu itu rasanya capek banget naikin tangganya (mungkin karena waktu itu masih anak-anak), tapi tadi alhamdulillah biasa aja. Sempet denger sih ada pengunjung ABG yang mengeluh, "Aduh capek bgt, mau pingsan". Haaa?? Jangan, klo pingsan di tangga malah ngglundung n pengunjung di belakangnyha bisa jatuh berantai, hehe.
Hari ini Senin, tapi pengunjung tetap ramai memadati sudut-sudut Borobudur. Mengambil gambar, berpose, dan kebanyakan bersantai menikmati pemandangan di puncak candi. Cuaca kala itu sangat mendukung, gak terlau panas dan silau, matahari dengan santunnya bersembunyi di balik awan, sehingga cuaca saat itu terasa "pas" untuk menikmati pemandangan di sekeliling Borobudur. Dikelilingi oleh bukit dan pegunungan, tampak harmoni warna hijau dan biru membaur. Tak lupa ada pelangi yang ikut menghiasi lukisan pemandangan itu.
Turis asing dan lokal bercampur. Kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, dan kulit coklat. Mereka berbekal kamera untuk merekam semua keindahan ini.
Sayang disayang candi ini hanya sebagai objek kamera. Relief candi yang sudah kekuningan bahkan ada beberapa yang koyak, membuat para pengunjung enggan atau mungkin tidak bisa untuk mengintepretasikan relief tersebut. Kurangnya papan-papan yang bisa berfungsi untuk menjelaskan cerita dari relief tersebut. Yang ada hanya papan untuk jangan memanjat dan sebagainya.
Hari ini aku datang dengan memakai baju couple yang kuhadiahkan untuk pacarku.
Borobudur Temple
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 footprints:
Post a Comment
Tinggalkan jejakmu